Dua Bulan Bergerak Temukan 28 Penderita
TUBERKULOSIS atau TB adalah satu penyakit yang tidak bisa dientengkan.Dan Bondowoso,saat ini masih banyak ditemukan penderita TB.Dalam hal ini,Pengurus Daerah Aisyiyah membentuk Sub-sub Receipient Aisyiyah di berbagai kecamatan untuk menekan penyakit tersebut.Sholikul Huda
PENYAKIT TBC merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa dan dapat menyerang siapa saja.Mulai pria,wanita,tua,muda,kaya dan miskin.Kondisinya bisa dimana saja.Selama kurun waktu 2016 misalnya,di Bondowoso tercatat ada 600 lebih penderita TB.Namun sebagian dari mereka juga telah menjalani perawatan penyembuhan.
Selain instansi pemerintah,ada komunitas yang juga intens melakukan penekanan terhadap TB tersebut.Komunitas SSR Aisyiyah ini terbentuk pada Nopember 2016 lalu.Lantas baru bergerak pada Desember.
Kepala SSR Aisyiyah Mamik Hermawati mengatakan,ada 48 kader yang selama ini intens melakukan pendataan dan pendampingan.Mereka tersebar di enam kecamatan.Yakni di Kecamatan Jambesari DS,Tamanan,Maesan,Grujugan,Tenggerang,Wonosari,Tapen,dan Prajekan.Di setiap kecamatan ada empat pendamping."Ini masih tahap awal,kami melakukan pendataan dan pendamping,"ujarnya.
Dijelaskan,melaui program penanggulangan TB tersebut.
Setahun Ada 600 lebih Penderita
Aisyiyah berupaya untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan di Indonesia dan pencapaian target Milineum Development Goals(MDGs)nomor 6,yakni penurunan angka penyebaran menular.
Dalam tahap awal ini,sudah ada 28 pasien TB yang mendapatkan pendampingan.Dalam pelaksanaannya,setiap kader mendata masyarakat yang terkena TB,selanjutnya pihaknya membentuk pengawas Menelan Obat(PMO)."Pengawasan pengobatan pasien TB sangat penting,hal ini untuk memastikan bahwa pengobatan berlangsung dengan baik dan berhasil sampai sembuh,"tegas pengurus PD Aisyiyah Bondowoso tersebut.
Praktiknya,jika di suatu daerah ada penderita TB,maka selanjutnya kader yang ada dikecamatan menentukan PMO.Paling bagus PMO adalah orang terdekat yang memiliki hubungan emosional dengan penderita."Jadi untuk penyembuhan TB ini diberlakukan waktu selama enam bulan,dalam hal ini harus ada pengawasan agar benar-benar maksimal,"tegasnya.
Pengawasan itu untuk memastikan si penderita sudah memakan obat atau belum.Sebab banyak kasus yang pengobatannya berhenti di tengah jalan.Sementara bakteri Mikobakterium Tuberkulosa sendiri belum mati,"Bagi penderita yang telah melakukan pengobatan,mereka harus sembuh total,"ujarnya.
Sementara Koordinator SSR Bondowoso Ridwantoro mengungkapkan,enam kecamatan yang dipilih itu karena beberapa pertimbangan.Pertama faktor kedekatan layanan Kesehatan,faktor adanya TB yang besar di daerah ini,faktor fasilitas layanan kesehatan dan adanya kader TB yang aktif."Jadi kami tidak asal pilih daerah,"ujar pemuda Muhammadiyah tersebut.
Berdasarkan data yang dihimpunnya dari dinas kesehatan,Selama ini penderita TB di Bondowoso lumayan banyak.Dalam setahun ada 600 lebih penderita.Memang selama itu pula,dilakukan pengobatan.Namun yang harus diingat,katanya,satu penderita TB bisa saja menulari 20 orang lain yang berada disekitarnya."Sehingga semangat kami adalah ingin memutus mata rantai penularan TB tersebut,"tegasnya.
Walau ada 28 Pasien yang didampingi,namun data dari para kader TB di enam kecamatan itu saat ini sudah ada 40 penderita.Pihaknya curiga,penyakit TBC itu akan cepat menular mengingat penyebarannya melalui batuk."dan kami melakukan pendataan by name by address,"ujar pemuda asal Kejawan,Grujugan tersebut.
Harapannya,dengan adanya keikutsertaan ini,minimal bisa menekan laju pertumbuhan penyakit TB.Mengingat TB adalah penyakit yang bisa membuat penderita meninggal."Kami berharap dengan gerakan ini bisa menjadi inspirasi para elemen lain untuk bersama-sama menekan TB di Bondowoso,"pungkasnya.(wah)
Sumber:Jawa Pos Radar Ijen 22 Februari 2017
Ditulis Kembali : AF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar