Kamis, 02 Maret 2017

Menikmati Kuliner dan Udara sejuk di Kawasan Grujugan

Mobil Sedan Disulap untuk Jualan,Banyak Potensi Rest Area

SEBAGAI daerah wisata dan perlintasan dari Sibondo-Jember membuat kawasan Hutan Grujugan jadi lokasi pas Untuk Istirahat.Inilah kreatifitas warga Sumber Pandan buat rest area secara mandiri.Padahal,banyak potensi rest area yang belum tergarap maksimal.

Wawan Dwi siswanto

RIMBUNNYA pepohonan di panjang jalan Bondowoso-Jember kini banyak dimanfaatkan masyarakat untuk membuka usaha kuliner.Ada yang musiman ada juga yang permanen alias buka setiap hari.Apalagi,panas yang mulai menyengat saat perjalanan Jember-Situbondo atau sebaliknya begitu melelahkan.Sama dengan para wisatawan yang pulang dari Ijen,Kawu atau Kawasan wisata di Kecamatan Ijen itu.

Sampai Di Grujugan ada yang mulai ramai.Mobil,truk,dan motor banyak berhenti ditembat itu.



Banyak Tempat yang bisa Dibangun rest Area


Lokasi yang berada di bawah pepohonan tersebut menjadi tempat untuk melepas lelah dan dahaga.Ada yang menyulap mobil sedan menjadi pikap.Tak hanya es kelapa muda saja yang bikin nikmat,ada penjual makanan dan paling nyaman adalah lokasinya yang rindang.

Tak hanya para pengguna jalan saja yang berhenti melepas lelah disana,bahkan saat jam istirahat tiba tak sedikit mereka yang berseragam dinas,pekerja swasta dan guru ada disana.'Habis ini jam istirahat ramai pengunjung,"kata Novi Damayanti,salah seorang pedagang makanan itu kepada Jawa Pos Radar Ijen.

Novi mengatakan awalnya berjualan tersebut dari kakaknya yang berjualan kelapa muda."Punya mobil sedan nganggur.Iseng-iseng potong saja bagian belakang untuk angkut-angkut mebel,"katanya.Dia mengamati banyak sopir-sopir truk dan motor beristirahat di Jatian Grujugan.

Mobil Sedan semi pikap tersebut akhirnya dibuat lapak untuk berjualan es dingin.Hasil pengamatannya itu rupanya jitu.Banyak orang istirahat di tempatnya hingga muncul berjualan makanan."Awalnya dari orang beli es degan itu tanya,ada makanan apa tidak,"imbuhnya.hampir rata-rata yang beli itu bukan dari orang Bondowoso,melainkan orang luar kota dan tak sedikit wisatawan dari Kawah Ijen.

Perempuan asal Sumber Pandang,Grujugan itu mengatakan untuk membuka lapak di pinggir jalan tersebut harus membayar ke Dinas Pekerjaan Umum Rp 5.000/meter selama setahun"Tapi minimal harus lima tahun,"terangnya,Sementara lahan yang juga masuk dipetak 21 perhutani KPH Bondowoso tidak ada biaya apa-apa.Hanya saja,tidak boleh menebang apapun jenis pohon."Tapi resikonya kalau perhutani waktunya penebangan ya harus pindah jika tidak resikonya kena pepohonan yang tumbang akibat ditebang,"ujarnya.

Menurut dia untuk lokasi rest area di Bondowoso ini banyak,apalagi Bondowoso adalah jalur wisatawan dosmetik hingga mancanegara menuju Kawah Ijen."Orang Jember mau ke Situbondo pasti Lewat Bondowoso dan mereka juga butuh istirahat,"ujarnya.Sayangnya,banyak masyarakat tidak mengambil kesempatan itu.

Bahkan,rasanya pemerintah sendiri tak menggarap rest area itu sendiri."pemandangan arak-arak itu kan bagus untuk rest area.Sayang gak dirawat,kotor dan sajian makanan dan minuman pun tak enak,"katanya.Padahal konsumen di rest area itu adalah orang menengah ke atas dan butuh makanan minuman nikmat,tempat nyaman,adem,rindang,bersih dan tak kalah penting adalah parkir.Sehingga,salah jika target konsumennya menengah ke bawah,hal kecil seperti kebersihan pun bisa jadi dikesampingkan.Tak hanya di Arak-arak saja yang berpotensi jadi rest area di wilayah Tapen,Sukosari hingga Sumber Wringin pun juga potensi,karena jalur wisatawan Kawah Ijen.(wah)

Sumber:Jawa Pos Radar Ijen 23 Februari 2017

Ditulis Kembali:AF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar