
KENTRUNG adalah seni Bondowoso. Biasanya, kesenian kentrung in diperagakan oleh orang dewasa. Namun Group Apresiasi Seni (GAS) Bondowoso membuat warna warni lain. Kentrung itu dimainkan oleh anak-anak.
SHOLIKHUL HUDA
GELAK tawa mewarnai aula Pendapa Kabupaten waktu lalu. Salah satu penonton saat itu adalah Bupati Amin Said Husni. Tawa itu datang dari penampilan anak-anak yang tengah memperagakan aksi keseninan Kentrung. Menariknya, Kentrung itu dilakukan oleh anak-anak. Bahkan ada anak yang masih kelas 5 SD
Permainan Kentrung itu diperagakan anak-anak saat pembukaan pertemuan Forum Anak Bondowoso (FAB). Saat itu para pemain Kentrung mengangkat tema tentang pergaulan remaja. Joke yang mereka bawakan juga tidak jauh dari tema. Yakni tentang pernikahan dini, narkoba hingga seks bebas. "Ini adalah hal baru, sebab biasanya Kemtrung diperagakan hanya beberapa orang, namun saat ini massal," jelas Juanidi, Ketua Group Apreiasi Seni (GAS) yang menjadi pembina Kentrung tersebut.
Karena pertemuan itu membahas remaja, maka pihaknya menyiapkan materi tentang remaja.
Akan Buat Peringatan Gerbong Maut
Berbagai materi kenakalan remaja dibungkus dalam joke yang elegan. Sehingga mengundang gelak tawa.
Yang membikin unik, Sultan Delos Akbar Atjil, salah seorang peserta mampu menutup pertunjukan dengan baik. Baik tampil bersama Aditya yang sama-sama masih SD. Dalam penampilannya, anak ini berlaku menjadi Gajah Mada. "Closing harus menarik, dan kami mengabungkan closing dengan acara diskusi tentang permasalahan anak tentunya, ujar Junaidi.
Delos sendiri mengaku, sebagai pemain dia sangat menikmati penampilan. Sebab menjadi seorang seniman memang keinginannta. Dan bisa tampil sukses dihadapan banyak orang, menjadi ebuah kepuasan tersendiri. "Apalagi dihadapan bupati," ujar anak kelas 5 SD Dabasah 3 itu.
Ternyata, Delos dan kawan-kawan itu rutin latihan di sekolahnya. Mereka adalah para pemain yang disekolahnya ada ekstrakurikuler kesenian. Dan ekstrakurikuler itu kebetulah menjadi binaan GAS. Khusus untuk membuat penampilan seni Ketrung anak, beberapa anak dipilih untuk terlibat langsung. Salah satunya adalah Delos.
Junaidi mengungkapkan, pihaknya memang membuat modivikasi pada seni ketrung. Modivikasi itu diantaranya adalah dari penampilan serta personilnya. Untuk membuat suasana menarik, dia membuat personil yang berasal dari anak-anak. "Namun tetap ada unsur yang senior didalamnya, hal ini sebagai penyimbang," aku orang Curahdami ini.
Pada 23 Nopember nanti, rencananya pihaknya akan kembali membuat pertunjukan. GAS akan membuat pertunjukan di GOR Pelita. Pertunjukan itu untuk mengenang sejarah Gerbong Maut. Sebab dalah sejarah itu, puluhan orang mati didalam gerbong. "Dan sangat sedikit orang yang mengetahuiya, makanya kami ingin menyergarkan kemabli ingatan masyarakat dengan membuat pertunjukan," jelasnya.
Dalam pertunjukkan itu, akan ada penampilan kentrung kolosal yang diperagakan 20 anak muda dan drama kolosal sejarah gerbong Maut. (wah)
Sumber: Jawa Pos - Radar Ijen, Kamis 3 November 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar