Jumat, 24 Februari 2017

Cerita Prof Indah Prihartini Mendampingi Petani Organik Bondowoso

Pernah Dibilang Gila,Beras Bondowoso Tetap Paling Enak

BOTANIK Kepanjangan dari Bondowoso Pertanian Organik sudah ada sejak 2008 lalu.Kini,bukti suksesnya Botanik pun muncul pengembangan klaster padi organik di Desa Lombok Kulon,wonosari.Salah satu pendamping petani setempat ada Prof Indah Prihartini.

WAWAN DWI SISWANTO

AKHIR Januari kemarin para petani organik di Desa Lombok Kulon berkumpul.Mereka diberikan ilmu baru teknik menanam dengan cara Hazton dan SRI.Ada tiga orang yang memberikan pencerahan,masing-masing Kepala Dinas Pertanian,perwakilan Bank Indonesia,dan satu lagi Profesor Indah Prihartini.Perempuan berjilbab itu begitu akrab dengan cara petani.Tak sedikit pula petani memanggilnya dengan sebutan bunda ataupun bu profesor.
Kata-kata yang membuat bangga bagi petani setempat adalah beras variates sinatur dari pertanian organik Lombok Kulon,ini paling nikmat."Saya makannya beras organik,dan rasanya beras dari Bondowoso yang sinatur itu paling enak,"katanya.Indah memang paling enak,"katanya.Indah memang malang melintang dunia padi organik di beberapa tempat,mulai Jombang,Bojonegoro,Lumajang,Banyuwangi,Kalimantan Barat,Kuningan,Karawang,Indramayu,Sukabumi,dan Blora.
Guru besar Unmuh Malang(UMM) Bidang Bioteknologi ini juga sebagai staf ahli bidang pertanian Bank Indonesia,masih ingat pertama perjuangan Bondowoso menuju Botanik."Botanik sudah dicanangkan 2008,tapi ada produk bersertifikasi,"ujarnya.

Salut dengan Kekompakan di BondowosO

Usai memberikan materi,Indah pun izin untuk membuat program di Bondowoso."Saya izin harus ada model kawasan untuk dijadikan klaster,dari hulu ke hilir.Cara ini adalah cara tercepat produk bersertifikasi dan berpengaruh signifikan dengan ekonomi lokal,"terangnya.
Keyakinan Indah Botanik ini bisa Sukses karena dari Kondisi geografis Bondowoso ini mendukung."Bondowoso ini dikelilingi gunung,seperti lembahan,"ujarnya.Hampir semua daerah punya sumber mata air,syarat organik yang bisa ekspor ke Jepang itu juga dilihat dari sumber mata air.Jadi waktu itu Bondowoso punya potensi 50 persen menjadi klaster organik dari air dan sisanya pembinaan SDM dan kelembagaan.
Pada 2012 melalui tani mandiri satu,Indah mulai mengembleng petani."Pertama berdarah-darah dan menangis.Karena waktu itu petani sulit melepas ketergantungan pupuk kimia dan beralih ke full pupuk organik,"katanya.Bahkan,Indah pernah dikatakan orang gila karena tak percaya bisa meningkatkan produksi.ada juga mengatakan,jauh-jauh dari Malang ke Bondowoso ngapain.
Indah yang sengaja membawa pupuk cair organik,mulai mencontohkan menyemprot ke kandang yang bau."Saya semprotkan sebagai contoh,baunya langsung hilang.Jadi pakai organik itu juga bisa cepat seperti pupuk kimia,"ujarnya.Membina mental terlebih dahulu,karena pertama hasilnya akan menurun.Disebabkan perlu pembersihan tanah dari kimia."Pertama satu hektare sawah itu hasilnya 4,8 ton dari lima periode masa panen mulai ada peningkatan dari 7 ton hingga 8 ton per hektare,"jelasnya.
Jika ingin langsung cepat tentu harus pakai pupuk organik berkualitas dan sesuai SOP per hektar 20 ton pupuk."Tapi kalau seperti itu petani gak kuat,karena pertanian organik itu awalnya bituh biaya besar,"imbuhnya.Berkat budaya masyarakat Bondowoso adalah bertani dan mau gak mau bertani,inilah yang membuat Indah semakin mudah.
Indah pun mengatakan pupuk organik tersebut tak hanya peduli dengan kesuburan tanaman tapi juga tanah.Selama ini pupuk kimia memperhatikan kesuburan tanaman tidak tanah."Ya kembali ke jaman dulu lagi.Warisan anak cucu itu bukan tanamannya,tapi tanahnya,"katanya.
Indah pun juga salut dengan kekompakan SKPD Pemkab Bondowoso."Waktu mengisi seminar di sini,SKPD semua datang,kompak banget,"terangnya.Bahkan,dalam rapat pemantapan pun juga kompak."Salut deh buat Bondowoso,jempol.Daerah lainnya gak ada yang sekompak Bondowoso,"pungkasnya.(wah)



Sumber:Jawa Pos Radar Ijen 10 Februari 2017

Ditulis Kembali:AF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar