Menginsiasi, Mendorong sampai Memasarkan
MENCOBA, Itulah tujuan para mahasioswa ini saat memasarkan produk desa kemarin (5/2). Mereka melakukan uji coba. Tujuannya mengukur seberapa besar minat masyarakat pada berbagai produk dari sepuluh desa di Bondowoso.SHOLIKHUL HUDA
SUASANA pagi yang cerah membuat suasana car free day kemarin terlihat semarak. Hal pulalah yang menjadikan suasana Car Free Day (CFD) Bondowoso cukup ramai. Seperti biasanya, selain orang yang berlari dan berjalan kaki, ada banyak anak yang bermain sepatu roda.Diantara keramaian itu, ada spot yang sedikit berbeda. Yakni di sebelah timur Paseban. Itulah stand yang dibuat oleh mahasiswa KKN UMD dari Unej. Mereka saat itu tengah memasarkan produk dari sepuluh desa dari tempat KKN. Menariknya, produk yang mereka bawa laku keras, apalagi yang namanya aneh. Bisa dalam sekejap habis.
Aan Yuliana, mahasiswa dari Desa Cermee mengaku, pihaknya menginisiasi warga untuk membuat dua produk. Pertama Virgin Coconut Oil (VCO) dan Brownies Pisang Bekatul. VCO sendiri adalah minyak dari kelapa murni yang dibuat tanpa proses pemanasan. "Hanya di fermentasi dengan ragi roti," akunya.
Inisiatif itu dilakukan karena di Desa Cermee dearahnya banyak ditumbuhi kelapa. Didaerah itu banyak sawah yang pinggirnya ditanami kelapa. Sehingga kekayaan kelapa di desa itu sangat banyak. Saat anak-anak KKN di tiba di desa itu, akhirnya ada inisiatif membuat terobosan agar kelapa lebih tepat guna. "Akhirnya kami bersama-sama membuat produk VCO," ujar mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unej tersebut.
Inovasi untuk Meningkatkan Ekonomi Desa
Koordinator KKN Desa Cermee Zein Arrahman mengatakan, awal kali terinsiasi VCO karena pernah ada yang penelitian yang dilakukan di kampus oleh salah satu seorang mahasiswa. Akhirnya anak-anak KKN ini belajar. Melihat ada petualang pengembangan, maka dirinya ingin mengembangkan didaerah Cermee. "Selama ini ada satu orang yang bisa, dan kami akan mensosialisasikan ke PKK dan berbagai elemen masyarakat lainnya untuk proses pembuatannya,"Sebab ketika ada produk seperti itu, nilai ekonomis kelapa semakin tinggi. Sebab dari tiga kelapa, bisa didapatkan sekitar 150 ml, dan setiap botolnya berisi 50 ml. Sehingga bisa dikatakan satu kelapa bisa satu botol. "Caranya pun mudah, sebab hanya perlu difermentasi seharian semalam," aku anak Situbondo ini.
VCO ini, kata Zein, bisa diminum, bisa dioleskan dan bisa dibuat sebagai perasa makanan. Sebab produknya alami dan aman. Karena itu, ketahanannya hanya berkisar satu bulan saja. "Itupun jika penyaringannya sempurna," akunya.
Selama ini, pihaknya bersama KKN Desa Cermee melakukan pendampingan. Hanya saja, kurang menyeluruh. Melihat antusiasme pembeli di acara CFD itu baik, maka para anak-anak KKN ini optimis bisa dikembangkan.
Selain VCO ada produk Brownis Pisang Bekatul (Pistul). Produk ini dibuat karena pertimbangan konten lokal. Di Cermee banyak bekatul. Sehingga bahannya tidak sulit. Namun rasa jika sudah jadi brownies, sungguh sangat menggiyurkan.
Pantauan Jawa Pos Radar Ijen, produk menarik dari daerah lain. Yakni krupuk patola dari Grujugan, Cermee. Krupuk ini terdiri dari bahan ketela yang biasanya di buat Patola. Karena jika bibuat Patola itu tidak tahan lama, maka dibuatlah krupuk. Sehingga bisa bertahan lebih lama.
Selain itu yang tidak kalah menariknya adalah produk masker beras dari Ramban Kulon, Cermee. Masker beras ini terjual dengan laris. Sebab harganya sangat murah. Dan pembuatannya adalah dari beras. "Dan kami telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat, antusiamenya cukup bagus," ujar Ani, salah satu seorang mahasiswa KKN.
Selain itu masih ada produk lainnya. Seperti kut rambutan rasa jahe, kopi jahe dan sirup sinom, jaja pokolpo dan wisata alam. Untuk wisata alam ini, datang dari Desa Glingseran yang menawarkan wisala alam Air Terjun Sulaiman. Untuk mengenalkan objek wisata itu, para mahasiswa membuat kaos untuk dijual.
Sementara Kelapa Program Universitas Membagun Desa Hermanto Rohman memaparkan, acara tersebut adalah uji coba. Dimana ada 10 desa di Bondowoso yang ditempati KKN UMD Unej. "Sebenarnya ada lima kecamatan, namun UMD hanya dua kecamatan, yakni Wringin dan Cermee,k" tegasnya.
Dia berharap, berbagai produk desa itu diharapkan bisa menjadi produk unggulan. Sebab saat ini pada 10 desa di Cermee dan Wringin sudah ada petugas pengelola informasi desa. "Segala sesuatunya diinformasikan melalui website desa," tegasnya.
Khusus untuk produk itu, nantinya bisa dipasarkan melalui e-commerce. Namun pengelolanya bukan desa, lebih pada tingkat kecamatan. Dalam hal ini bisa dikelola Badan Usaha Antar Desa (Bumades). "Jadi ada peluang membentuk Bumades, dan nantinya dengan e-commerce, selain menjadi tempat pemasaran juga menjadi tempat transaksi digital," tegasnya.
Herman menambahkan, adanya inovasi itu tidak lain untuk membantu peningkatan perekonomian warga desa. Sebab ketika produknya bisa laku, maka suatu desa itu arahnya akan menjadi sentra produk unggulan. "Tentunya butuh inovasi dan penyiapan SDM, dan pada sepuluh desa sudah dimulai, ya dengan anak-anak yang KKN itu," ungkapnya.
Dosen Unej ini menambahkan, ternyata peminatnya tidak hanya pada 10 desa itu, banyak desa lainnya yang juga tertarik. Sehingga pihaknya membuka lebar jika ada desa yang mau ikut. Kebetulan, ada lima kecamatan yang saat ini dijadikan tempat KKN Unej. Hanya saja, yang fokus pada Universitas Membangun Desa hanya 10 desa di dua kecamatan. "Dalam hal ini, ternyata Dinas Pemas dan Desa juga mendukung, sehingga sarana dan prasarananya difasilitasi oleh dinas," pungkasnya. (wah)
Sumber : Jawa Pos Radar Ijen, 06 Februari 2017
disalin oleh : (er)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar