Jumat, 03 Februari 2017
Rumah Pancasila yang Terus Roadshow ke Berbagai Pelosok
Ngaji Pancasila, Jelaskan Penerapannya dalam Kehidupan
NGAJI Pancasila. Itulah acara yang digelar oleh Rumah Pancasila Bondowoso. gelaran acara 'Ngaji Pancasila' yang digagas mulai Juni lalu, masih terus berjalan sampai saat ini. Tempatnya pindah-pindah. Terakhir di rumah Kades Bataan, Tenggarang.
SHOLIKHUL HUDA
RUMAH Kepala Desa Bataan, tenggarang malam itu dipenuhi para ibu rumah tangga, dengan tokoh masyarakat. Elemen masyarakat itu sengaja diundang oleh Hari, kepala desa setempat. Malam itu antusias mereka untuk hadir sangat tinggi. Kedatangan mereka tidak lain untuk mengikuti acar Ngaji Pancasila. Memang acara tersebut terselenggara karena adanya kerjasama dari Rumah Pancasila Bondowoso dengan kepala desa setempat. Kepala desa menjadi tuan rumah, sementara Rumah Pancasila menjadi pemateri.
Dalam acara itu, ada dua pemateri yang mewakili Rumah Pancasila, yakni Sinung Sudrajat dan Andi Mustafa. Sinung adalah Anggota Komisi IV DPRS Bondowoso sedangkan Andi Mustafa merupakan aktivis dari Desa Ramban Wetan, Cermee.
Sinung mengatakan, kegiatan yang di gelar di Bataan, Tenggarang itu merupakan kegiatan yang kesekian kalinya. Sebab setelah terbentuk Juni lalu, pihaknya membuat roadshow ke berbagai daerah. "Pernah ke Kupang, ke Cermee dan ke berbagai tempat lainnya, dan kami di Rumah Pancasila terus berkomunikasi dengan masyarakat untuk melakukan kegiatan tersebut," jelasnya.
Hidupkan Kembali Nasionalisme - Nilai Pancasila
Sedangkan dalam acara ngaji Pancasila, pihaknya menjelaskan tentang penerapan Pancasila dalam kegiatan sehari-hari. Kepada masyarakat, Sinung menegaskan ketika mereka bisa menjalankan program desa, amak mereka sudah menjalankan Pncasila. "Sebab ada nilai Pancasila di dalamnya," jelasnya.
Hal yang lebih penting lagi adalah adanya semnagat gotong royong. Dimana pancasila ketika diperas adalah sila dan ketika diperas lagi menjadi gotong royong." Gotong royong itulah yang harus dipertahankan oleh masyarakat,"akunya.
Pihaknya sangat mengapresiasikan adanya budaya itu di Bataan, sebab masyarakatdi sana sangat kental dengan gotong royong . Misalkan ketika ada hajatan, masyarakatbahu-membahu tanpa di komando.
Gotong royong itu juga, kata Sinung, merupakan benteng dari adanya ancaman bahaya laten yang hendak masuk ke Bondowoso. Misalnya adanya paham aliran keras, selama ini menjadi ancaman tersendiri. Sehingga ketika masyarakat kompak, maka akan sangat menimalisir celah masuknya bahaya laten tersebut."Saat ini bahaya laten itu sudah mulai masuk melalui pinggiran, yakni melalui desa,"akunya.
Sementara Andre Mustofa mengutarakan, ada hal menarik di Bataan sebab pesertanya adalah warga desa asli. Mereka bukan dari kelompok intelektual sehingga penjelasa dari Rumah Pancasila benar-benar menjadi diterima ." Hanya saja, kami menjelaskan dengan bahasa masyarakat, bahasanya tidak muluk-muluk,"akunya.
Perlu diketahui, Rumah Pancasila ini adalah kegiatan yang diprakarsai oleh beberapa tokoh di Bondowoso. Selain Sinum ada Saeful Bahar, M Aznawi Sabil dan berbagai tokoh pemuda. Mereka menggagas gerakan ini sebelum bulan Ramadhan lalu. Saat Ramadhan, ada sepuluh pondok pesantren yang menjadin tempat Ngaji Pancasila.
M Syaeful Bahar menegaskan, target kegiatan itu adalah menghidupkan kembali nasionalisme dan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat . Sehingga kearifan lokal sebagai standar berperilaku, tetap terjunjung dan terus hidup didalam masyarakat. Di dalam setiap ngaji Pancasila, pasti dibahas tentang Islam dan nasionalisme. Islam yang ramah adalah Islam yang timbul dengan nilai-nilai ke Indonesiaan."Islam ala Indonesia yang sudah mengakar kuat, menjadi bukti kemanfaatannyaa pada umat di Indonesia," jelasnya.
Islam yang kuat kata dia adalah Islam yang melayani, mengayomi dan yang memahami budaya lokal yang tidak betentangan dengan Isalam. Sementara dasar negara kita yang memakai Pancasila sangat tidak bertentangan. Hal itu sudah dibuktikan dengan membuminya Islam selama berpuluh-puluh tahun di Indonesia." Artinya Bung karno dan fungding father kita, tidak main-main dalam merumuskan daasar negara kita Pancasila,"jelasnya.
Sehingga Pancasila itu tercipta dari renuangan yang sangat panjang. Dan ketika saat ini bermunculan gerakanyang terputus dengan hubungan sejarah berdirinya Indonesia , maka hal itu menjadi salah satu rongrongan kepada Indonesia. Misalnya, kalau tidak berdasarkan negara yang bersaskan agama, maka Islamnya tidak benar." Itu kan kecelakaan sejarah, dan anehnya hal itu muncul dari organisasi yang secara legal disahkan oleh neegara,"tegasnya. (wah)
Sumber: Jawa Pos Radar Ijen 12 November 2016
dituliskembali: JSR
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar