Semua Aktif, Kasun dan Kades Pun Ikut Nyangkul
PESONA Patirana 28 atau lebih di kenal P 28 bisa dikatakan jernih payah semua elemen masyarakat Desa Wonosari, Grujugan. Mereka bergotong-royong, perbaiki jalan hingga buat gazebo. Hal semua tersebut untuk buat bangga jadi orang Winosari dan menggerakkan roda ekonomi warga.(WAWAN DWI SISWANTO)BAGI pecinta alam dan atlet panjat tebing nama Patirana tak ubahnya adalah lokasi panjat tebing. Tebing dari batuan andesit tersebut pun juga lama sekitar tiga tahunan tak dikunjungi para pengiat ekstrem.
Ingin Potensi Masyarakat Sekitar juga Terangkat
Belakangan ini nama Patirana kembali mencuat bukan panjat tebingnya tapi lokasi wisata baru di pedesaan. "Patirana ini dulu sering di buat panjat tebing. Tapi belakang ini sudah tak di pakai karena atlet panjat sekarang lebih banyak latihan di papan panjat atau wall climbing," ujar ketua Pengcap Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Bondowosos Yanuar Pratama.Dusun Patirana yang berada di Desa Wonosari, Grujugan pun banyak berubah. Jika dulu masih ada jalan makadan sampai Dusun Patirana, kin sudah beraspal. Bahkan, rasanya menuju P 28 sudah tertata. Petunjuk jalan, ada jaln tanah pun dicangkuli dijadikan anak tangga. Menuju pos kedua yang yang bisa meniklmati pemandangan P 28 juga di buat anak tangga serta pengaman dari bambu.
Sampai di pos dua ada dua gazebo berdiri. Di sana pun juga ada belasan pria dewasa mencangkuli tanah untuk diratakan menjadi jalan. Tak hanya mencangkul, mereka pun memecahi batu demi batu untuk memperkuat jalan. Belasan pekerja yang mengenakan kaos dan bertopi tersebut siapa sangka di antara mereka adalah Kasun, perangkat desa, Kades, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan asper atau mandor Perhutani. "Gak dibayar, ini gotong royong saya. Saya kn Kasun,," ucap Rosi Kasun Tanggulungan, Desa Wonosari, Grujugan.
Pria yang berkaos pink dan bertopi pun mulai mendekat ke Jawa Pos Radar Ijen, pria itu adalah Kades Wonosari bernama Henus Marzuki. "Yang gotong royong ini ada;ah semua Kasun di Desa Wonosari, perangkat desa juga. Mereka gak di bayar," ujarnya. Tapi dari sekian orang yang kerja bakti tersebut ada beberapa orang yang di bayar Rp 25 ribu mulai dari pagi hingga siang. "Ya ada yang di bayar mereka adalah para buruh tani atau pekerjaannya memang kuli bangunan,"imbuhnya.
Nama Pesona Patirana 28 tersebut ada cerita di balik itu. Pesona kepanjangan dari Pecinta Sholawat Nariyah, Patirana adalaha lokasi bukit yang berada di Dusun Patirana,Grujugan dan 28 adalah tanggal dibukanya yakni 28 Agustus 2016. Mengapa ada pecinta sholawat nariyah, karena merekalah yang begitu semagat membuat obyek wisata baru di Bondowoso. Tentu saja, pecinya sholawat nariyah tersebut banyak anggotanya masih muda.
Dari sana kemudian rapat desa pun semua kasun dan tokoh masyarakat sepakat bersama-sama gotong royong bangun P 28. Hingga saat ini pengurus P28 setidaknya ada dua puluih orang. Mereka bergantian setiap hari dua orang untuk berjaga. Sedangkan setiap Sabtu dan Minggu semua ke P 28, karena hari Sabtu Minggu paling banyak pengunjung. "Setiap hari kalu tidak hujan ada sekitar 50 motor yang parkir. Makanya dijaga kwatir hilang. Ada juga anak pramuka yang gelar camping di P28," terangnya.
Sementara untuk dana yang dipakai buat fasilitas P 28 adalah dana swadaya masyarakat. Dia pun berharap ada anggaran pembangunan jalan dari pemkab Bondowoso. Sebab banyak mengandalkan desa tak akan mampu. Membuka wisata di Desa Wonosari ini tujuan Henus adalah dua, menggerakan roda masyarakat serta membuat warga Wonosari ini bangga, teritama anak mudanya.
Perekonomian berjalan tak berfikir masalah jumlah tiket parkir ataupun warung milik warga yang berada di P 28. Setidaknya potensi masyarakat sekitar, se,isal yang mahir di bidang UMKM pun akan terangkat. "Warung sebelum desa, kios bensin ya ikut terasa," pungkasnya. (wah)
Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, 22 November 2016
Ditulis Oleh : (Yn)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar