Ada Motif Kawah Wurung, Topeng konah, dan daun Kopi
ABDUL Muhait memang pelaku baru dalm bati tulisan di Bondowoso. Tapi dia memberanikan diri membuka sendiri usaha dengan motif tentang keindahan alam Bondowoso. Batik karyanya pun ada bermotif topeng konah, kawah wurung (kawu), bahkan ada perpaduan daun singkong dan republik kopi.BEBERAPA pekerjaan di sebuah rumah mungil di Dusun Lor Kali, Desa/Kecamatan Maesan itu terlihat sibuk dengan cantingnya masing-masing. Di lain tempat, warga juga terlihat menjemur batik yang baru selesai di warnai. Usaha rumahan itu bukanlah perusahaan besar. Untuk masuk ke perkampungan padat itu pun harus melewati gang kecil. hanya di ujung jalan terdapat tulisan UMKM batik binaan Diskoperindag Bondowoso. Tuisan itulah yang menjadi penanda di sekitar kampung tersebut terdapat usaha batik.
Sepintas, karya batik tulis yang dihasilkan hampir sama dengan sebagaian batik tulis pada umumnya yang dominan corak flora. Satu yang menarik adlah batik berwarna kuningh. "Ini perpaduan anatar daun singkong dan daun kopi. Motif daun singkong kan kan ciri khas batik Bondowoso, Karenba kota tape. tapi sekarang Bondowoso kan punya ikon kopi, Bondowoso republik kopi, jelas jelas muhait, pemilik usaha batik Maesan menunjukkan hasil karyanya. kebetulan siang itu, ada Sunaryadi, salah satu kabid di dinas pariwisata, Pemuda olahrga tengah melihat keunikan batik tersebut.
Namun ada satu lagi motif batik yang jadi indentitas Bondowoso. Batik berwarna merah itu bermotif tarian topeng konah. "Suka saja sama tarian topeng konah, saya lihat pertunjukannya bagus dan coba diaplikasikan di kain batik," ungkap Muhait
Modal Gadaikan BPKB Motor, Pemasaran hingga ke Bali
Menurut dia, memulai bisnis batik tulis itu pun sekaligus ingin mengangkat potensi bondowoso, salh satunya lewat pariwisata dan budaya. Muhait pun menunjukkan gambar di dinding ruang tamunya itu. "Itu bukan lukisan, kain batik, warga hijau itu Kawah Wurung (Kawu)," ujarnya. Kedepan Muhait tak hanya mendesain batik bermotif topeng konah, daun singkong plus daun kapo ataupun kawu. Tapi ingin coba desain batik singob ulung. Kesenian daru Desa Blimbing, Klabang itu memang memukau, punya nilai warisan dan leluhur, apalagi dinobatkan sebagi warisan budaya nasional olehkementrian pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).Adi Sunaryadi sendiri mengaku kedatangannya ke batik maesan ini karena penasaran dan sebagai bentuk apresiasi dan pengusahaan batik yang sekaligus mengenalkan potensi wisata Bondowoso lewat kain batik yang sekaligus mengenalkan potensi wisata Bondowoso lewat kain batik. "Awalnya datang itu datang ke kantor menjajakn batiknya. Jadi penasaran karena motif batik memunculkan potensi wisata," Maesan ini pun, tambah Adi, sudah dibina oleh Diskoperindigf Bondowoso.
Batik Maesan milik Muhait pun juga sudah dipasarkan ke Pulau Dewata. "Alhamdulillah 0ada pesanan dari Bali," terangnya. Meski tergolong baru, Muhait percaya diri menjajankan batinya ke berbagai perkantoran dan pengusahaan. "Ya awal nya ya nekat pasarkan ke Bali. jadi saat ke Bali membawa contoh batik," ungkapnya.
Pria asal Maesan itu memulai usaha di bidang batik tulis itu juga berdasarkan pengalaman bekerja di UMKM batik di Bondowoso. "Awalnya kerja di Batik Sumbersari sebagai tukang pewarnaan," terangnya selanjutnya di Batik Lumbung. Tamanan dia sebagai desain.
Dalam hal desain dan gambar sudah kesenangan Muhait sejak kecil," "Kalau gambar-gambarelajar-belajar sendiri. Karena dari kecil suka menggambar," imbuhnya.
Membuka usaha sendiri pun Muhait rintangannya pun tak mudah. Awal tahun kemarin dia memulainya dengan modal dari gadaikan BPKN motoe,". Waktu itu modal awalnya Rp 2 juta dari gadikan BPKB," paparnya. Modal yang terlalu kecilitupun membuatnya Muhait kembai memberanikan diri meminjam uang di bank denagn jaminan surat tanah. "Awlnya ya rugi dan rugi itu sudah biasa dalam usaha, harus dilalui dan harus dihada[i," pungkasnya.(wah)
Sumber : Jawa Pos radar Ijen. Senin 30 Januari 2017
Disalin Kembali Oleh. (Rs)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar