Edukasi Kedai-Lesehan, Peragakan Seduh Kopi Yang Benar
DEMAM kopi benar-benar melanda anak muda Bondowoso. Tak hanya penikmati, kopi tapi sudah belajar jadi peracik kopi atau yang sering disebut barista. Kelompok barista muda inilah yang akan mengeduksi kopi asli Bondowoso ke warung, kedai, hingga lesehan di Kota Gerbong Maut.WAWAN DWI SISWANTO
MAKIN malam makin asyik ngopi, semakin asyik pula ada edukasi tentang perkopian termasuk penyajiannya. Itulah acara yang digelar Bondowoso Barista Society di cafe bunga pelita belum lama ini. Pesertanya pun tak seperti peserta seminar atau lokakarya. Mereka adalah pengunjung cafe, ada pula pejabat serta aktifis.
Deretan Barista asal Bondowoso seperti Teguh, Riswanda, Siget, Ghofur, Oki, Rudi, Raffi dan Bona mulai duduk di satu meja dan menerangkan seputar kopi serta kualitas kopi alas Bondowoso. Tak hanya sekedar itu, mereeka pun memeragakan penyeduhan dan penyajian kopi yang baik dan benar. Penyajian acara yang santai ini pula membuat pengunjung tampak menikmati sembari ditemani secangkir kopi.
Oki humas Bondowoso Barista Society kepada Jawa Pos Radar Ijen menjelakan, bahwa cara yang sengaja digelar tersebut tujuan utama adalah eduksi masyarakat tentang perkopian. Jika warga Bondowoso tak tahu kopi Bondowoso bagi Oki rasanya itu menyakitkan. Sebab, kopi Bondowoso apalagi kopi dengan kualitas yahud.
Bondowoso Barista Society pun punya program mengedukasi 24 cafe. "24 cafe ini ada yang warung kopi, kedai kopi, hingga lesehan," ujarnya. Target 24 cafe tersebut 18 diantaranya adalah yang memiliki tempat dan sisanya lesehan.
Senang Karena Penikmat Kopi Bondowoso Terus Meningkat
Dalam tiga minggu ke depan setidaknya dia ingin menyamakan prestasi pemilik kedai kopi mengenai kopi Bondowoso, termasuk menyediakan menu kopi Bondowoso serta cara penyeduhan yang baik dan benar.
Hal itu adalah untuk melaksanakan Bondowoso Republik Kopi (BRK). Dia mengakui banyak kedai kopi yang rajin menjual kopi arabika java ijen raung ini, sayangnya mereka masih binggung dimana mendapatkannya. "Dari sekian tinjauan di lapangan pemilik kedai ini ingin jual kopi bondowoso, karena banyak konsumen yang menanyakan," terangnya. Oki pun juga ingin bagaimana merubah persepsi masyarakat ngopi itu tak harus kopi sachetan.
Sehingga, dalam edukasi kopi di 24 cafe tersebut juga membarikan informasi serta jembatan untuk mendapatkan kopi arabika java ijen raung. Dia menjelaskan untuk warung lesehan pun usah minder masalah penyajian kopi. CUKup Kopi tubruk itu sudah enak, bahkan penyajian kopi tubruk sudah standart internasional; terangnya
Jika, menyajikan pakai metode Vietnam drip ataupun espreso memang alat-alatnya cukup mahal. Pada dasarnya memakai beragam metode penyajian adalah untuk mendapatkan variasi rasa berbeda-beda saja.
Sementara Rudi, ower cafe Bunga Pelita yang ikut gabung Bondowoso Barista Society mengaku sangat terbantu. Dia masih ingat pertama buka kedai kopi pada 2004 sudah menyediakan kopi asli Bondowoso. "Waktu itu saya yakin kopi Bondowoso ini maju. Tapi waktu itu hanya menyediakan robusta tidak arabika. Karena, peminatnya arabika minim," imbuhnya.
Baru menyadiakan arabika ketika mulai ada turis luar negeri dan orang luar kota. Masalahnya waktu itu arabika yang disediakan adalah milik PTPN. Ya alhamdullah ada BRK, bisa dapat arabika lebih murah. Saat ini penikmat kopi arabika di Bondowoso mulai meningkat," terangnya
Ghofur mulai 1990-an sudah sebagai roaster kopi merasa terbantu berkat BRK. Dia mulai paham roasting kopi itu tak harus hitam, tapi ada coklat dan kopi tak harus pahit tapi ada rasa pahit lainya, seperti kecut, ataupun coklat. "Ya waktu itu namanya kopi matang adalah kopi yang sudah hitam. Ternyata tidak semua, warna coklat juga matang, pungkasnya. (wah)
Sumber: Jawa Pos Radar Ijen 15 November 2016
Ditulis Oleh : (IS)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar