Takjub Keindahannya, Gunung Suket Menyimpan Sejarah
KEINDAHAN alam kawah, Ijen menjadi perhatian dunia pecinta alam (PA) pun hanya dari PA se tapa kuda atau jatim. Mahasisiwa pecinta alam (Mapala) Universitas Indonesia (UI) pun takjub keindahan Ijen. Tak hanya ijen dengan kawahnya, daerah lereng di wilayah Bondowoso patut di explore dan dipromosikan potensinya.
WARGA Desa Rego Agung, Sumber Wringin 22 Januari kemarin tampak semringin dan penasaran dengan puluhan pemuda pemuda yang datang ke desanya. Mereka datang dengan membawa tas besar atau yang disebut carier. dari logat pemuda tersebut bukan dari Bondowoso sekitarnya, tapi dari Ibu Kota Jakarta.
Mereka adalah para mahasiswa dari UI. Datang ke Bondowoso, untuk melakukan perjalanan panjang di pendidikan dasar. Rute yang dilalui adalah Gunung suket, Raung Gampit, Gending Wuluh dan berakhir dijampit, Kecamatan Ijen. Kedatangan mereka di desa Rejo Agung pun tak langsungmelakukan pendakian, tapi bakti sosial.
Kawkab Barralima, Ketua Pelaksana jelajah Pegunungan Ijen mengatakan baksoso tersebut tentu adalah bagaimana memberikan penyuluhan hidup sehat, dan bagaimana memberikan arahan kepada orang tua serta peserta didik untuk peduli dengan pendidikan. "Ada penyuluhan hidup sehat, program peduli pendidikan, dan perlo9mbaan," terngnya.
Ternyata Bondowoso Itu Indah
Perlombaan bersama masyarakat itulah sekaligus jadi ajang mendekatkan diri ke warga setempat. Bahkan, baksosnya pun berasa baksoso pendidikan. Usai lomba-lomba mereka menuju dusun Toltol Timur. Dan memberikan perlengkapan sekolah ke anak-anak Desa Toltol.Sebelum berangkat pendakian kawkab mendapatkan informasi menarik mengenai cerita masa lampau Gunung Suket. Gunung yang berdengketan dengan Gunung Raung dan Kawah Wurung tetrsebut menurut cerita rumah peninggalan Belanda."Kata warga ada bangunan Belanda," terangnya.
Sampai Gunung Suket, Plaing mengesankan jelas panaroma alamnya. Di sisi kiri terlihat Gunung Raung dan sisi lainya hamparkan perbukitan Gunung Ijen itu tak kalah menabjubkan. Ada padang savana, rumah penduduk plus hamparan perkebunan kopi. Di suket, mahasisiwa satra Indonesia itupun menemukan batu bata. "Sepertinya dulu ada bangunan, karena ada bartu bata bekas bangunan," Terangnya.
Usai pendidikan, Kawkab bersama rekan-rekannya juga punya tugas bagaimana mempromosikan potensi wisata di Bondowoso yang mereka lalui itu. "Di koordinasikan dengan Humas Mapala UI, di publis melalui medsos, rekan-rekan sesama PA dan ditulis di majalah jejak Mapala UI," terngnya.
Menurut dia, ada peluang menarik dan meningkatkan pendapatan masyarakat di Lereng Gunung Raung adalah memberikan akses jalur jalan setepak ke puncak raung. Sebab, jalur pendakian resmi Gunung Raung via Sumber Wringin tersebut tertutup. Sehingga, orang mau mendaki pun akn mikir-mikir dan beresiko tersesat. Sementara Gunung Suket pun juga patut menjadi pertimbangan dengan potensi pamandanganya.
Sementara Nurfitria Risqie Widayanti, penaggung jawab non teknis mengaku di Desa Jampit itu pemandangannya luar biasa. Dia seakan lupa denagn hiruk pikuk perkotaan, bahkan mel;upakan semua kegitan di telepon seluler. "Sinyalnya handphone gak ada. Jadi disana ya bener-bener menikmatai dan bercengkraman dengan warga," akunya.
Menurut cerita rekan-rekannya, di Gunung Suket punya pemandangan bagus. "bagus banget semua kelihatan. Ternyta Bondowoso itu indah dan keindahan itu tidak hanya ada di kawah Ijen saja daerah lereng Ijen penuh dengan potensi wisata," pungkasnya.(wah)
Sumber: Jawa Pos Radar Ijen 13 Februari 2017
Disalin Kembali Oleh.(Rs)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar