Selasa, 28 Februari 2017

Ketika Desa dan Mahasiswa KKN Berkolaborasi Penanganan Sampah



Gelar Lomba Tempat Sampah dari Bahan Daur Ulang


BANYAK cara memperingati hari peduli sampah pada 21 Februari hari ini. Salah satunya adalah kolaborasi antara Pemerintah Desa Prajekan Lor, yang membuat penyadaran sampah dari bahan daur ulang.

WAWAN DWI SISWANTO
BALAI desa Prajekan Lor Minggu malam, (19/2) rasanya seperti malam perayaan HUT 17 Agustus. Ragam pertunjukan kesenian itu ada, bahkan ada pula disc jockey (DJ) yang membuat anak muda setmpat terhibur. Acara gelar seni itu, nyatanya bukan dalam rangka hari ulang tahun. Back drop panggung itu bertuliskan sampah menggugat dan lingkungan diabaikan, sampah dikambinghitamkan. "Ini acara puncak lomba membuat tempat sampah," ujar Fandi Shofan Hidayat, Kades Prjekan Lor.

Fandi menjelaskan membuat lomba semacam ini pun juga menyiapkan isu sampah secara global di hari peduli sampah. Ide awal membuat lomba tersebut dari mahasiswa Unej yang KKN di Desa Prajekan Lor. Fandi yang sabar bahwa sampah selalu menjadi masalah klasik di desanya, membuat pria yang pernah menempuh kuliah di Jogyakarta tersebut mendukung penuh dan ikut mensukseskan lomba.

Apalagi, kata dia, desanya tersebut menjadi hilir aliran sungai dari Desa Lumutan, Botolinggo. Prajekan Kidul dan terakhir di Prajekan Lor. Sehingga, sampah dari desa yang cenderung posisinya lebih tinggi tersebut terbawa hingga ke Prajekan Lor Belum lagi ditambah limbah rumah tangga.



Bak Sampah dari Bahan Bekas, Warga Antusias


Sehingga dari sana lomba tersebut tidak hanya lingkup se Desa Prajekan Lor, tapi seluruh Kecamatan Prajekan. Untuk penyadaran lingkungan pesertanya tidak dibatasi dari perwakilan desa, kampung, dusun ataupun dharmawnita. Tapi, untuk umum dan siapa saja boleh ikut.

Total yang ikut lomba tersebut sekitar 70 peserta. "Yang banyak justru bukan dari instasi atau karang taruna, tapi perseorangan. Bahkan, dari usaha kecil konter HP ikut dan memang juara satu," paparnya. Dari ide mahasiswa tersebut desa juga menangkap dengan pengolahan sampah secara terpandu. Yakni, membuat rumah kompos. "Rumahkompos sekarang sudah ada, ini adalah langkas untuk mengurangi sampah organik dan bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos," ujarnya.

Dari beberapa tempat sampah yang di panjang itu, rasanya tidak sampai merogoh kantong cukup dalam. Ada yang terbuat dari kardus, kaleng cat, tali, ada pula dari bambu. "memang murah karena lomba tempat sampah tersebut itu dari bahan bekas," tambahnya. Bahkan, ada juga terbuat dari limbah sampah plastik yang didesain sedemikian rupa terbentuk tong sampah.

Sebetulnya dari kriteria lomba tersbut ada yang bersifat inivasi total. Artinya, tempat sampah didesain tidak seperti tempat sampah. Hal itu bertujuan untuk membuat orang senang membuang sampah pada tempatnya. "Tapi dari diantara peserta sedikit yang menerapkan," imbuhnya.

Fandi sengaja membuat puncak acara tersebut lebih gebyar dengan pertunjukan kesenian hingga musik modern dengan mendatangkan DJ. Sebab, isu sampah tersebut harus dipublish. "Ada hiburan ini banyak orang datang, sehingga maksud tujuan kami untuk kesadaran lingkungan terutama mengenai sampah itu sampai ke Banyak orang," ucapnya.

Sementara Herjuna ketua panitia menambahkan, acara ini memang gagasan pertama dari KKN kelom[ok 16 Unej. Dimana, saat tinggal di desa ada berbagai masalah yang muncul akibat sampah. "Banjir penurunan kualitas hidup dan penurunan kualitas air," ujarnya. Apalagi, kata mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Unej ini, Desa Prajekan Lor ini sebagai hilir sampah yang dibuang sembarangan ke sungai oleh desa-desa lain.

Sehingga saat diskusi dengan kades, ide itu makin matang dengan memunculkan membuat tempat sampah dari bahan daur ulang atau bekas. Jika, tempat sampah bisa dibuat dari bahan bekas berarti bisa mengurangi sampah itu sendiri. (wah)



Sumber : Jawa Pos Radar Ijen 21 Februari 2017
Ditulis Kembali Oleh : (IS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar